MAKALAH
AGAMA
DAN PENGARUHNYA DALAM KEHIDUPAN
Mata
Kuliah : Psikologi Agama
Dosen
Pengampu : Mardiyan Hayati M.Ag
Oleh :
Dewi Mu’alifatin
081269
Semester IV A
FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH
BLORA
TAHUN AKADEMIK 2012 / 2013
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk hidup yang sangat
istimewa, karena manusia berbeda dengan makhluk yang lainnya. Manusia diberi
akal dan pikiran untuk bertindak sesuai dengan etika dan nilai – nilai moral
yang berlaku sesuai dengan kehendaknya, lingkungan, dan ajaran agama yang di
anutnya. Nilai – nilai dan norma – norma yang memberikan arah dan makna bagi
manusia dalam bertindak ialah agama.
Agama sebagai bentuk keyakinan manusia terhadap
sesuatu yang bersifat Adikordrati (Supernatural) ternyata seakan menyertai
manusia dalam ruang lingkup kehidupan yang luas. Agama memiliki nilai – nilai
bagi kehidupan manusia sebagai orang per orang maupun dalam hubungannya dengan
kehidupan bermasyarakat. Selain itu agama juga memberi dampak bagi kehidupan
sehari – hari. Dalam makalah ini akan membahas Agama dan Pengaruhnya Dalam
Kehidupan
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan agama?
2. Bagaimana
pengaruh agama terhadap kehidupan individu?
3. Bagaimana
pengaruh agama terhadap kehidupan masyarakat?
4. Bagaimana Peran Agama Dalam Kehidupan Generasi Muda?
5. Bagaimana
Pengaruh agama dalam kehidupan sehari-hari?
C. Tujuan
1. Dapat
mengetahui apa yang dimaksud dengan agama.
2. Dapat
mengetahui bagaimana pengaruh agama terhadap kehidupan individu.
3. Dapat
mengetahui bagaimana pengaruh agama terhadap kehidupan masyarakat.
4. Dapat
mengetahui bagaimana Peran Agama Dalam
Kehidupan Generasi Muda.
5. Dapat
mengetahui bagaimana pengaruh agama dalam kehidupan sehari-hari
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Agama
Agama menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah
sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan
Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan
manusia serta lingkungannya.Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan kata
lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali".
Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
Émile Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu
yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang
suci. Kita sebagai umat beragama semaksimal mungkin berusaha untuk terus
meningkatkan keimanan kita melalui rutinitas beribadah, mencapai rohani yang
sempurna kesuciannya.[1]
Banyak
sekali definisi dari agama yang telah diajukan, namun salah satu pendekatan
yang paling komprehensif dalam menjelaskan agama adalah pendekatan yang
menyatakan bahwa agama mencakup:
a.
Doktrin (ajaran-ajaran tentang
keimanan),
b. Mitos (narasi historis yang bersifat
sakral),
c.
Etika (kode-kode moral yang
bersandar pada ajaran Tuhan),
d. Praktik peribadatan atau ritual
(bentuk penyerahan diri terhadap kekuatan adikodrati),
e.
Pengalaman keagamaan, mistik,
spiritual,
B. Pengaruh
Agama Terhadap Kehidupan Individu
Agama dalam kehidupan individu berfungsi
sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu. Secara umum
norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku
agar sejalan dengan keyakinan agama yang dianutnya. sebagai sistem nilai agama
memiliki arti yang khusus dalam kehidupan. Dilihat dari fungsi dan peran agama
dalam memberi pengaruhnya terhadap individu, baik dalam bentuk sistem nilai,
motivasi maupun pedoman hidup, maka pengaruh yang paling penting adalah sebagai
pembentuk kata hati. Kata hati menurut Erich Fromm adalah panggilan kembali
manusia kepada dirinya. Erich Fromm membagi kata hati menjadi: kata hati
otoritarian dan kata hati humanistik. Kata hati otoritarian dibentuk oleh
pengaruh luar, sedangkan kata hati humanistik berssumber dari dalam diri
manusia. Kata hati humanistik adalah pernyataan kepentingan diri dan integrasi
manusia, sementara kata hati otoritarian berkaitan dengan kepatuhan,
pengorbanan diri dan tugas manusia atau penyesuaian sosialnya.[3]
Ada beberapa fungsi agama dalam kehidupan individu antara lain :
1.
Agama Sebagai
Sumber Nilai dalam Menjaga Kesusilaan.
Firman Allah
SWT,
ذالك الكتاب
لاريب فيه هدي للمتقين
Artinya
: “Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa.”
Menurut Mc. Guire, diri manusia memiliki bentuk sistem nilai
tertentu. Sistem nilai ini merupakan sesuatu yang dianggap bermakna bagi
dirinya. Sistem nilai ini dibentuk melalui belajar dan proses sosialisasi.
Perangkat sistem nilai ini dipengaruhi oleh keluarga, teman, institusi,
pendidikan, dan masyarakat berdasarkan perangkat informasi yang diperoleh
seorang dari hasil belajar dan sosialisasi tadi meresap dalam dirinya. Sejak
itu perangkat nilai itu menjadi sistem yang menyatu dalam membentuk identitas seseorang.
Ciri khas ini terlihat dalam kehidupan sehari – hari, bagaimana sikap,
penampilan maupun untuk tujuan apa yang turut berpartisipasi dalam suatu
kegiatan tertentu. Menurut pandangan Mc. Guire, dalam membentuk sistem nilai
dalam diri individu adalah agama.
Menurut Mc. Quire system nilai yang berdasarkan agama dapat memberi
pedoman bagi individu dan masyarakat. Sistem nilai tersebut dalam bentuk
keabsahan dan pembenaran dalam kehidupan individu dan masyarakat.
2.
Agama Sebagai
Sarana untuk Mengatasi Prustasi
Manusia mempunyai kebutuhan dalam kehidupan ini, mulai dari Kebutuhan
fisik seperti makanan, pakaian, istirahat, dan seksual, sampai kebutuhan
psikis, seperti keamanan,, ketentraman, per-sahabatan, penghargaan, dan kasih
sayang. Menurut Sarlito Wiraman Sarwono, apabila kebutuhannya itu tidak
terpenuhi, terjadi ketidak-seimbangan, yakni antara kebutuhan dan pemenuhan,
maka akan menumbuhkan kekecewaan yang tidak menyenangkan, kondisi atau keadaan
inilah yang disebut frustasi.
3.
Agama sebagai
sarana untuk mengatasi ketakutan.
Ketakutan yang dimaksud dalam kaitannya dengan agama sebagai sarana
untuk mengatasinya, adalah ketakutan yang tidak ada obyeknya. Untuk mengatasi
ketakutan sepert diatas, psikologi sebagai ilmu empiris, terbentur
masalah kesulitan. Soalnya bentuk ketakutan tanpa obyek hampir tidak bisa
diteliti secara positif-empiris, karena ketakutan tersebut biasanya tersembunyi
dalam gejala – gejala lain yang merupakan manifestasi terselubung dari
ketakutan.
4.
Agama sebagai
sarana untuk memuaskan keingintahuan
Agama mampunmemberi jawaban atas kesukaran intelektual kognitif,
sejauh kesukaran itu diresapi oleh keinginan eksistensial dan psikologis, yaitu
oleh keinginan dan kebutuhan manusia akan orientasi dalam kehidupan, agar dapat
menempatkan diri secara berarti dan bermakna di tengah – tengah alam semesta
ini. Tanpa agama, manusia tidak mampu menjawab pertanyaan yang sangat mendasar
dalam kehidupannya, yaitu dari mana manusia datang, apa tujuan manusia hidup,
dan mengapa manusia ada, dan kemana manusia kembalinya setelah mati.[4]
C. Pengaruh
Agama Terhadap Kehidupan Masyarakat
Masyarakat adalah gabungan dari kelompok individu
yang terbentuk berdasarkan tatanan sosial tertentu. Dalam kepustakaan ilmu-ilmu
sosial dikenal tiga bentuk masyarakat, yaitu : mayarakat homogeny, masyarakat majemuk, masyarakat heterogen. Terlepas
dari penggolongan masyarakat tersebut, pada dasarnya masyarakat terbentuk dari
adanya solidaritas dan konsensus. Kedua aspek ini menurut E. Durkheim merupakan
pengikat dalam kehidupan masyarakat. Apabila kedua unsur tersebut hilang dari
suatu masyarakat, maka akan terjadi disorganisasi sosial serta bentuk sosial
dan kultur sosial yang telah mapan akan ambruk. Kondisi ini disebut dengan
“anomir”.
Masalah agama tak akan mungkin dapat dipisahkan
dari kehidupan masyarakat, karena agama itu sendiri ternyata diperlukan dalam
kehidupan bermasyarakat. Dalam prakteknya fungsi agama dalam masyarakat antara
lain:
1. Berfungsi
Edukatif
Ajaran agama secara
yuridis berfungsi menyuruh dan melarang. Kedua unsur tersebut mempunyai latar
belakang mengarahkan bimbingan agar pribadi penganutnyan menjadi baik dan
terbiasa dengan yang baik menurut ajaran agama masing-masing.
2. Berfungsi penyelamat
Keselamatan yang
meliputi bidang yang luas adalah keselamatan yang diajarkan oleh agama.
Keselamatan yang diajarkan yaitu keselamatan dunia dan akhirat. Dalam mencapai
keselamatan agama mengajarkan keimanan kepada Tuhan.
3.
Berfungsi
sebagai perdamaian
Melalui agama seseorang
yang bersalah atau berdosa dapat mencapai kedamaian batin melalui tuntunan
agama.
4. Berfungsi
sebagai social control
Ajaran agama oleh
penganutnya dianggap sebagai norma, sehingga dalam hal ini agama berfungsi
sebagai pengawasan sosial secara individu maupun kelompok.
5. Berfungsi
sebagai pemupuk rasa solidaritas
Rasa kesatuan yang
berupa iman dan kepercayaan akan membina rasa solidaritas dalam kelompok maupun
perorangan, bahkan terkadang dapat membina rasa persaudaraan yang kokoh.
6. Berfungsi
transformatif
Ajaran agama dapat
mengubah kehidupan kepribadian seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru
sesuai ajaran agama yang dianutnya.
7. Berfungsi kreatif
Penganut agama bukan
saja disuruh bekerja secara rutin dalam pola hidup yang sama, akan tetapi juga
dituntut untuk melakukan inovasi dan penemuan baru.
8. Berfungsi sublimatif
Ajaran agama
mengkuduskan segala usaha manusia, bukan
saja yang bersifat agama ukhrawi, melainkan juga yang bersifat duniawi.[5]
D.
Peran
Agama Dalam Kehidupan Generasi Muda
Agama selain memiliki fungsi dan peran
dalam kehidupan juga memiliki nilai-nilai agama yang dapat dijadikan landasan
atau arahan dalam kehidupan sehari-hari yaitu dengan menerapkan pada diri kita
nilai keadilan, persaudaraan, persamaan, toleransi dan pengorbanan. Oleh karena
itu para remaja diharuskan untuk membekali dirinya dengan nilai-nilai tersebut.
Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang
ditandai oleh adanya kematangan seksual dan keadaan relatif mandiri. Tetapi
remaja seringkali belum mampu untuk mengatasi masalah yang berhubungan dengan
pengendalian emosi secara maksimal, sehingga remaja terjerumus ke dalam
kenakalan remaja.
Kenakalan remaja awalnya adalah sesuatu
yang lumrah terjadi di tengah – tengah masyarakat. Namun kemudian membuat
masyarakat risih, bahkan sampai ke tahapan yang mengkhawatirkan, seperti
keberanian melakukan pemukulan yang melenyapkan nyawa. Kenakalan remaja muncul
di sebabkan keinginan menunjukkan keakuan, aktualisasi diri yang tersalah dalam
perwujudannya. Kenakalan remaja muncul sebagai protes terhadap dirinya yang
dipandang lemah. Kenakalan remaja dapat juga terjadi sebagai upaya pembuktian
keberanian dalam mengambil resiko. Kenakalan remaja adalah bagian dari perilaku
menyimpang, karena ia merupakan hal yang tidak wajar berlaku pada remaja.
Remaja seharusnya adalah seorang individu yang wujud di usia sekolah, mereka
seharusnya konsentrasi terhadap pendidiikan.[6]
Rendahnya kemampuan remaja dalam pengendalian emosi disebabkan oleh tidak
dijalankannnya nilai-nilai ajaran agama dengan baik. Untuk mencegah hal-hal
tersebut mereka harus mempunyai kriteria-kriteria remaja muslim, diantaranya :
1. Memiliki
aqidah yang bersih,
2. Selalu
menjalankan ibadah yang benar,
3. Memiliki
akhlaq yang kukuh dan mulia,
4. Cerdas
dalam berfikir,
5. Pandai
mengatur waktu,
6. Dapat
berjuang melawan hawa nafsu,
7. Mampu
menyelesaikan masalah, dan
8. Bermanfaat
bagi orang lain.
Setiap pemuda memiliki peran dalam upaya
penegakan dakwah dan hukum-hukum islam. Tapi tugas ini sering terlupakan oleh
sebagian remaja islam karena disibukkan dengan berbagai hal yang secara tidak
sadar meracuni pemikiran pemuda islam. Dalam islam, masa remaja adalah
saat-saat yang paling menentukan dalam sejarah hidup seseorang. Disanalah
manusia mulai membentuk jatidiri, akankah ia menempuh jalannya orang-orang yang
selamat ataukah berbalik menempuh jalannya orang-orang celaka. Maka sangat
ditekankan para remaja untuk membekali dirinya dengan akhlaq yang mulia.
Manusia akan hidup bahagia baik didunia maupun akhirat karena memiliki akhlaq
yang mulia. Remaja dalam kehidupan memiliki peran serta yang penting
dilingkungan keluarga, masyarakat maupun bangsa. Setiap remaja memiliki
tanggung jawab untuk memperbaiki kepribadian, memperbaiki segala bentuk
kekurangan diri dan menyampaikan hal-hal kebaikan kepada orang terdekat yaitu
keluarga. Selain itu, remaja harus pro-aktif dalam kegiatan sosial. Mereka
harus mampu mempunyai ide-ide baru untuk perbaikan sistem kehidupan
bermasyarakat dan bernegara, sebab merekalah yang kelak akan menjadi generasi
pengganti saat ini.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa remaja
pada dasarnya adalah suatu perkembangan fisik dan psikis pada manusia yang
saling berkesinambungan. Akan tetapi dalam perkembangan agamanya remaja belum
dapat mengaplikasikan ajaran agama secara mendalam dan mantap. Faktor yang
mempengaruhi perkembangan keberagamaan pada remaja masih dipengaruhi dengan
lingkungan sekitar dan kepribadian dari masing-masing individu, karena
kepribadian berpengaruh terhadap perkembangan aspek-aspek kejiwaan termasuk
jiwa keagamaan yang bilamana remaja memiliki kepribadian yang baik mereka tidak
akan menyimpang dari aturan-aturan agama.
E. Pengaruh
agama dalam kehidupan sehari-hari.
Besarnya peran agama dalam kehidupan
sehari-hari memegang peran yang sangat penting. Dalam kehidupan di dunia ini
harus terjadi keseimbangan antara spiritualitas dan aktivitas. Jika
Spiritualitas yang terlalu besar, maka kehidupan dalam unsur materi (harta)
akan kekurangan. Sebaliknya, jika aktivitas yang kita utamakan tanpa
memperhatikan spiritualitas (agama) maka batin kita akan kekurangan makanan,
dalam arti hati kita tidak akan tenang walaupun materi (harta) kita berlimpah.
Besarnya iman pun sangat berpengaruh dalam sikap kita menjalani kehidupan
sehari-hari. Jika iman kita kuat, maka akan dimudahkan dalam menjalani aktivitas
sehari-hari. Akan diberikan kesabaran dalam menghadapi masalah ataupun cobaan
yang melanda. Dengan keimanan yang tebal, hati kita akan tenang dalam menjalani
aktivitas sehari-hari dan dijauhkan dari perbuatan yang keji dan munkar.[7]
ANALISA
DAN KESIMPULAN
Dari uraian
di atas, dapat disimpulkan bahwa agama tidak dapat dipisahkan dari individu dan
masyarakat, karena agama memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap
kehidupan individu dan masyarakat. Diantaranya, fungsi agama dalam kehidupan
individu, ialah sebagai berikut:
1. Agama
Sebagai Sumber Nilai dalam Menjaga Kesusilaan,
2. Agama
Sebagai Sarana untuk Mengatasi Prustasi,
3. Agama
sebagai sarana untuk mengatasi ketakutan,
4. Agama
sebagai sarana untuk memuaskan keingintahuan,
Fungsi agama dalam kehidupan
masyarakat, ialah sebagai berikut:
1. Berfungsi
Edukatif,
2. Berfungsi
Penyelamat,
3. Berfungsi
sebagai Pendamaian,
4. Berfungsi
sebagai Social control,
5. Berfungsi
sebagai Pemupuk Rasa Solidaritas,
6. Berfungsi
Transformatif,
7. Berfungsi
Kreatif, dan
8. Berfungsi
Sublimatif.
Di
sini terlihat hubungan antara llingkungan dan sukap masyarakat terhadap
nilai-nilai agama. Di lingkungan masyarakat sendiri barangkali akan lebih
memberi pengaruh bagi pendidikan jiwa keagamaan dibandingkan dengan masyarakat
lain yang memiliki ikatan yang longgar terhadap norma-norma keagamaan. Dengan
demikian, fungsi dan peran masyarakat dalam pembentukan.
PENUTUP
Dengan terselesaikannya makalah ini, saya sebagai manusia biasa
tentunya banyak khilaf dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Saya membutuhkan
kritik dan saran dari semua pihak, berkenaan dengan tema yang saya ambil disini
dengan harapa bisa lebih membangun.
Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu
menyelesaikan makalah ini, khususnya Ibu Mardiyan Hayati selaku pembimbing
dalam pembuatan makalah ini.
Harapan saya adalah dengan tersusunya makalah ini, saya dapat sedikit
membantu kepada siapa saja yang ingin memperdalam pengetahuan mengenai Psikologi Agama khususnya pengetahuan tentang Agama dan Pengaruhnya dalam kehidupan. Semoga berguna untuk
bangsa dan agama. Amiin.
DAFTAR
PUSTAKA
Rajab, Khairunnas. 2012. Psikologi Agama .Yogyakarta :
Aswaja presindo
Annisa
Kusdiyani, Pengaruh Agama
Dalam Kehidupan, http://anisa1707.blogspot.com/2012/11/pengaruh-agama-dalam-kehidupan.html, di akses Sabtu, 03 November 2012 pukul 02.56
Eunchasiluets, Agama dan Pengaruhnya Dalam Kehidupan Individu
dan Masyarakat, http://eunchasiluets.wordpress.com/2012/05/08/makalah-agama-dan-pengaruhnya-dalam-kehidupan-individu-dan-masyarakat/, Posted: 08/05/2012
Iin Hanifah, Agama Dan
Kesehatan Mental-Makalah,
Nur Hasanah (Nuha Angelie Mutie), Agama dan Pengaruhnya dalam Kehidupan, http://nuhangeblog.blogspot.com/2013/02/agama-dan-pengaruhnya-dalam-kehidupan.html, di akses Minggu, 10 Februari 2013 04.24
[1]
http://id.wikipedia.org/wiki/Agama
[3] Nur Hasanah (Nuha Angelie Mutie), Agama dan Pengaruhnya dalam Kehidupan, http://nuhangeblog.blogspot.com/2013/02/agama-dan-pengaruhnya-dalam-kehidupan.html, di akses Minggu, 10 Februari 2013 04.24
[4] Eunchasiluets, Agama dan Pengaruhnya Dalam Kehidupan Individu
dan Masyarakat, http://eunchasiluets.wordpress.com/2012/05/08/makalah-agama-dan-pengaruhnya-dalam-kehidupan-individu-dan-masyarakat/, Posted: 08/05/2012
[5] Nur Hasanah (Nuha Angelie Mutie), Agama dan Pengaruhnya dalam Kehidupan, http://nuhangeblog.blogspot.com/2013/02/agama-dan-pengaruhnya-dalam-kehidupan.html, di akses Minggu, 10 Februari 2013 04.24
[6] Khairunnas
Rajab, Psikologi Agama (Yogyakarta : Aswaja presindo, 2012), hal.86
[7]Annisa Kusdiyani,
Pengaruh Agama Dalam Kehidupan, http://anisa1707.blogspot.com/2012/11/pengaruh-agama-dalam-kehidupan.html, di akses Sabtu, 03 November 2012 pukul 02.56
Tidak ada komentar:
Posting Komentar